상담문의입니다. > [영문] 상담문의 | 부길강업

상담문의입니다.

페이지 정보

작성자 Aurelio
작성일 : 2024-03-23 08:54

본문

메세지 내용

c70d692a825971ec7aa0853cab09fe93e72ba122.pngBDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, yaitu subkultur yang telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena budaya yang kompleks, BDSM menimbulkan berbagai respon dari masyarakat umum, mulai dari penolakan total sampai pemahaman yang mendalam.


Sejarah BDSM: Dari Kuno Hingga Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, hukuman jasmaniah, dan permainan kekuasaan telah ada dalam sejarah manusia semenjak zaman kuno. Sebagai model, dalam kebudayaan Romawi kuno, hubungan dominasi dan submisi kerap kali terjadi dalam format perbudakan seksual. Sedangkan bermacam-macam praktik ini memiliki akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru timbul pada abad ke-20.

Pada awal abad ke-20, model-teladan seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang tenar dengan karya-karyanya yang kontroversial, memberikan kontribusi besar kepada pemahaman permulaan seputar konsep-konsep yang terkait dengan BDSM. Kecuali itu, di era yang sama, Sigmund Freud menyajikan konsep sadisme dan masokisme sebagai bagian dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, ketika kelompok sosial-komunitas rahasia mulai terbentuk di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama jangka waktu ini, para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan tata tertib-aturan yang memandu praktik-praktik mereka, serta menyampaikan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam segala interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Adalah praktik mengikat atau membatasi gerakan seseorang menerapkan tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage bisa bervariasi, mulai dari keindahan dan eksplorasi sensual hingga permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan peraturan-hukum yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme yaitu kepuasan seksual yang didapatkan dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme yaitu kepuasan dari menerima rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini bisa dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang terang.

4. Consent: Persetujuan adalah pilar utama dalam praktik BDSM. Segala tindakan patut didasarkan pada kesepakatan yang terang dan dikasih secara sukarela oleh semua pihak yang terlibat. Persetujuan ini seharusnya bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Terhadap BDSM

Meskipun praktik-praktik BDSM telah berkembang dan diterima secara luas di antara komunitas yang terlibat, incest masih ada banyak kontroversi yang mengitari subkultur ini. Salah satu kritik utama yaitu bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, meskipun penyokongnya menegaskan bahwa semua tindakan dikerjakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari segala pihak yang terlibat.

Sebagian juga cemas bahwa praktik-praktik BDSM bisa memperkuat ketidaksetaraan gender dan mewujudkan kesalahpahaman seputar apa yang hakekatnya sehat dalam hubungan seksual. Tapi, penunjang BDSM berargumen bahwa subkultur ini sesungguhnya mensupport komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan menyuarakan harapan mereka dengan aman.



BDSM yaitu subkultur yang kompleks, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Meski masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM sudah berkembang menjadi kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi pertanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM semestinya selalu dilakukan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari seluruh pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan poin-skor yang mendasari subkultur ini, masyarakat bisa lebih terbuka terhadap berbagai format ekspresi seksual dan mensupport kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.