상담문의입니다. > [영문] 상담문의 | 부길강업

상담문의입니다.

페이지 정보

작성자 Tory Mccurdy
작성일 : 2024-03-23 18:37

본문

메세지 내용

BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, yaitu subkultur yang sudah menjadi subjek pro kontra dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena adat istiadat yang rumit, BDSM memunculkan pelbagai reaksi dari masyarakat awam, mulai dari penolakan total hingga pemahaman yang mendalam.


Sejarah BDSM: Dari Kuno Sampai Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, hukuman fisik, japanese sex dan permainan kekuasaan telah ada dalam sejarah manusia sejak zaman kuno. Sebagai model, dalam kebudayaan Romawi kuno, kekerabatan dominasi dan submisi kerap kali terjadi dalam wujud perbudakan seksual. Padahal bermacam-macam praktik ini memiliki akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru muncul pada abad ke-20.

Pada permulaan abad ke-20, model-model seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang terkenal dengan karya-karyanya yang kontroversial, memberikan kontribusi besar kepada pemahaman awal seputar konsep-konsep yang berkaitan dengan BDSM. Selain itu, di era yang sama, Sigmund Freud mempersembahkan konsep sadisme dan masokisme sebagai komponen dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, dikala kelompok sosial-komunitas rahasia mulai terwujud di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama periode ini, para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan aturan-tata tertib yang mendampingi praktik-praktik mereka, serta memperkenalkan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam seluruh interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Ialah praktik mengikat atau mengontrol gerakan seseorang memakai tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage dapat bervariasi, mulai dari estetika dan eksplorasi sensual hingga permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan regulasi-regulasi yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme merupakan kepuasan seksual yang didapatkan dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme merupakan kepuasan dari mendapatkan rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini dapat dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang terang.

4. Consent: Persetujuan yaitu pilar utama dalam praktik BDSM. Segala perbuatan semestinya didasarkan pada kesepakatan yang terang dan diberikan secara sukarela oleh segala pihak yang terlibat. Persetujuan ini patut bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Terhadap BDSM

Meski praktik-praktik BDSM sudah berkembang dan diterima secara luas di antara komunitas yang terlibat, masih ada banyak kontroversi yang mengelilingi subkultur ini. Salah satu kritik utama yaitu bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, padahal pendorongnya menegaskan bahwa semua perbuatan dikerjakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari semua pihak yang terlibat.

Beberapa juga cemas bahwa praktik-praktik BDSM bisa memperkuat ketidaksetaraan gender dan menciptakan kesalahpahaman seputar apa yang hakekatnya sehat dalam kekerabatan seksual. Melainkan, pendukung BDSM berargumen bahwa subkultur ini hakekatnya mensupport komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan menyatakan keinginan mereka dengan aman.



BDSM ialah subkultur yang rumit, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Sedangkan masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM sudah berkembang menjadi komunitas yang terorganisir dengan baik, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi pertanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM wajib selalu dijalankan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari seluruh pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan poin-skor yang mendasari subkultur ini, masyarakat bisa lebih terbuka kepada beragam bentuk ekspresi seksual dan mendorong kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.