상담문의입니다. > [영문] 상담문의 | 부길강업

상담문의입니다.

페이지 정보

작성자 Tamera Cate
작성일 : 2024-03-24 13:12

본문

메세지 내용

BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, merupakan subkultur yang sudah menjadi subjek pro kontra dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena kebiasaan yang kompleks, BDSM memunculkan berbagai respon dari masyarakat umum, mulai dari penolakan sempurna hingga pemahaman yang mendalam.


fresh-plated-sushi-roll.jpg?width=746&format=pjpg&exif=0&iptc=0Sejarah BDSM: Dari Kuno Hingga Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, hukuman fisik, dan permainan kekuasaan telah ada dalam sejarah manusia semenjak zaman kuno. Sebagai figur, dalam kebudayaan Romawi kuno, kekerabatan dominasi dan submisi kerap kali terjadi dalam bentuk perbudakan seksual. Padahal beraneka praktik ini mempunyai akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru muncul pada abad ke-20.

Pada permulaan abad ke-20, contoh-model seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang tenar dengan karya-karyanya yang kontroversial, japanese sex memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman awal tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan BDSM. Selain itu, di era yang sama, Sigmund Freud memberi tahu konsep sadisme dan masokisme sebagai komponen dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, ketika komunitas-kelompok sosial rahasia mulai terbentuk di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama periode ini, para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan undang-undang-hukum yang mengantar praktik-praktik mereka, serta mempersembahkan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam seluruh interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Merupakan praktik mengikat atau memegang gerakan seseorang menggunakan tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage dapat bervariasi, mulai dari keindahan dan eksplorasi sensual hingga permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan tata tertib-peraturan yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme yakni kepuasan seksual yang didapat dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme ialah kepuasan dari menerima rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini dapat dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang terang.

4. Consent: Persetujuan adalah pilar utama dalam praktik BDSM. Semua tindakan seharusnya didasarkan pada kesepakatan yang terang dan diberikan secara sukarela oleh semua pihak yang terlibat. Persetujuan ini harus bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Terhadap BDSM

Meski praktik-praktik BDSM telah berkembang dan diterima secara luas di antara komunitas yang terlibat, masih ada banyak kontroversi yang mengelilingi subkultur ini. Salah satu kritik utama yaitu bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, meskipun penyokongnya menegaskan bahwa segala tindakan dilaksanakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari segala pihak yang terlibat.

Beberapa juga cemas bahwa praktik-praktik BDSM dapat memperkuat ketidaksetaraan gender dan menciptakan kesalahpahaman perihal apa yang sesungguhnya sehat dalam hubungan seksual. Namun, penyokong BDSM berargumen bahwa subkultur ini sesungguhnya mensupport komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan menyuarakan kemauan mereka dengan aman.



BDSM yakni subkultur yang rumit, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Walaupun masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM telah berkembang menjadi kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi tanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM sepatutnya selalu dikerjakan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari segala pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan skor-poin yang mendasari subkultur ini, masyarakat dapat lebih terbuka terhadap beragam wujud ekspresi seksual dan mendukung kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.