상담문의입니다. > [영문] 상담문의 | 부길강업

상담문의입니다.

페이지 정보

작성자 Ivory
작성일 : 2024-03-29 05:30

본문

메세지 내용

BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, adalah subkultur yang telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena kultur yang kompleks, BDSM memunculkan berjenis-jenis respons dari masyarakat lazim, mulai dari penolakan total sampai pemahaman yang mendalam.


Sejarah BDSM: Dari Kuno Sampai Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, sanksi jasmani, dan permainan kekuasaan telah ada dalam sejarah manusia sejak zaman kuno. Sebagai teladan, dalam kebudayaan Romawi kuno, kekerabatan dominasi dan submisi sering kali kali terjadi dalam wujud perbudakan seksual. Sedangkan bermacam praktik ini memiliki akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru timbul pada abad ke-20.

Pada awal abad ke-20, contoh-model seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang terkenal dengan karya-karyanya yang kontroversial, memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman permulaan seputar konsep-konsep yang berkaitan dengan BDSM. Kecuali itu, di era yang sama, Sigmund Freud memperkenalkan konsep sadisme dan masokisme sebagai bagian dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, dikala komunitas-kelompok sosial rahasia mulai terwujud di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama periode ini, massage sex para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan regulasi-regulasi yang memandu praktik-praktik mereka, serta menyampaikan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam semua interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Yaitu praktik mengikat atau membatasi gerakan seseorang menerapkan tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage dapat bervariasi, mulai dari estetika dan eksplorasi sensual hingga permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan peraturan-tata tertib yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme ialah kepuasan seksual yang diperoleh dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme yakni kepuasan dari menerima rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini bisa dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang terang.

4. Consent: Persetujuan yaitu pilar utama dalam praktik BDSM. Segala perbuatan patut didasarkan pada kesepakatan yang jelas dan diberi secara sukarela oleh seluruh pihak yang terlibat. Persetujuan ini harus bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Kepada BDSM

Walaupun praktik-praktik BDSM telah berkembang dan diterima secara luas di antara kelompok sosial yang terlibat, masih ada banyak kontroversi yang mengelilingi subkultur ini. Salah satu kritik utama yakni bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, meskipun pendorongnya menegaskan bahwa seluruh tindakan dikerjakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari seluruh pihak yang terlibat.

Beberapa juga khawatir bahwa praktik-praktik BDSM bisa memperkuat ketidaksetaraan gender dan menciptakan kesalahpahaman seputar apa yang hakekatnya sehat dalam kekerabatan seksual. Tapi, penyokong BDSM berargumen bahwa subkultur ini sebetulnya mensupport komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan menyuarakan keinginan mereka dengan aman.



BDSM adalah subkultur yang rumit, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Meski masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM sudah berkembang menjadi kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi tanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM semestinya senantiasa dikerjakan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari segala pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan skor-poin yang mendasari subkultur ini, masyarakat dapat lebih terbuka terhadap pelbagai bentuk ekspresi seksual dan menunjang kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.